vall
3 min readDec 23, 2023

Gorgeous, mereka udah sampe mana?”

Rex memukul bahu Drew, sambil berusaha mengalihkan rasa salah tingkah nya ke handphone, “Anjing, geli. Kenapa gue ga biasa ya tiap dipanggil gitu sama lo. Oh, ini mereka 5 menit lagi sampe.”

Drew puas terkekeh melihat Rex menahan salah tingkah. Dia tangkup wajah Rex, dan dikecupnya singkat ranum Rex sambil menahan gemas, “Ga usah gemes-gemes bisa ga? Anjing dah”. Rex hanya bisa menutup muka nya yang sudah tercetak semburat merah. Tak berselang lama, terlihat mobil milik Hadrian pun memasuki areal parkiran.

“Kenapa lo ga ngajak Lucas Justin dah? Kan mereka juga pacaran.”

Drew angkat alisnya sebelah setelah mendengar Hadrian bertanya, “Lah, emang lo berdua belom pacaran? Sayang, selama ini mereka fwb?”

Rex terdiam sebentar, berusaha mengontrol salah tingkahnya, “Emang belom pacaran.”

“Gue pikir mereka dah pacaran. Salah ngajak kita ternyata.”

“Bangsat juga temen lo, Hadrian. Mana geli lagi gue liat si Rex di panggil sayang sayang. Idih,” cibir Alvaro, cuek memandang Rex yang kini menatap tajam kearahnya. Hadrian hanya meloloskan kekehan. Kemudian masakan yang sudah mereka berempat pesan pun datang.

“Asli, tapi kenapa lo ga ngajak mereka berdua sekalian?” ulang Hadrian, sambil mengambil beberapa potong steak, lalu ia letakkan di atas piring Alvaro. Drew hanya menggedikkan bahu. “Ga tau gue. Tadi si Rex yang hubungin Lucas. Emang tadi gimana?”

“Haha, hapal kan lo, Al?” lempar Rex. Alvaro lantas terbahak. Drew dan Hadrian kini saling menatap heran satu sama lain, sambil mengunyah potongan steak nya.

“Justin ngambek pasti. Kemungkinan si Justin dah ngajakin malming, tapi Lucas nya bawel pengen pelampiasan,” jelas Alvaro. Kedua dominan masih tak mengerti.

“Main game,” sahut Rex. Baru lah kedua dominan tersebut mengangguk paham sambil terbahak, membayangkan kedua nya perang dingin sejujurnya sudah sangat lucu bagi mereka. Rasanya seperti melihat anak kecil yang berantem karena berebut mainan, lucu dimata keempatnya.

“Lah, Prince?” kini Drew yang bertanya ke Rex. Rex justru semakin kebingungan, “Lah, kamu nanya nya yang bisa diajakin double date. Si Prince mana punya pacar.”

Drew dan Hadrian sontak terkaget, “Lah, dari kemarin tiap kita nongkrong, ada aja yang nelfonan sama dia? Bukan pacarnya?”

Rex dan Alvaro serempak menggeleng, “Itu semua orang yang dijodohin bokapnya. Selalu dia ladenin sebentar doang, abis itu dia lepas. Dia belum mau ke jenjang serius. Tuh anak sering jadi objek kemauan bokapnya walaupun ga begitu di paksa banget sama bokapnya. Jadi si Prince mah yang penting nurut di awal aja, ntar di akhir-akhir cuek lagi. Ntar tinggal bilang ke bokap nya kalo dia ga cocok. Baru di cariin lagi sama bokapnya. Dan gue yakin, dia ga bakal mau di ajak dinner begini, dia dah muak,” jelas Alvaro. Drew dan Hadrian tak bisa menutup rasa kaget, tak menyangka jika Prince yang sangat ribut, bawel, ceria, dan selalu jadi moodmaker tongkrongan, ternyata mengemban hidup yang lumayan serius di keluarganya.

Makan malam keduanya berlanjut dengan banyak topik lain yang di perbincangkan, mulai dari Alvaro yang membahas orang tua nya selalu bolak-balik ke luar negeri dan Indonesia untuk memperluas bisnis mereka, yang ternyata juga sudah bekerja sama lama dengan bisnis mendiang ayah Rex, yang kini Rex pegang. Kemudian juga membahas Hadrian yang ternyata merantau dari kota kecil ke Jakarta, dan perjalanan band mereka yang sudah sampai sejauh ini. Banyak hal baru yang Hadrian pelajari selama double date dinner mereka malam ini. Selain menyadari jika hubungan Drew dan Rex ternyata sudah sedalam itu, ia juga jadi mempelajari background keluarga Alvaro dari Rex yang banyak menceritakan diri Alvaro—yang sukses menyebabkan keduanya juga berdebat konyol ditengah-tengah double date dinner mereka—yang banyak Hadrian belum ketahui. Karena selama hubungan mereka berjalan, tak banyak keduanya berbagi cerita tentang background keluarga masing-masing. Mereka hanya sebatas teman, yang terasa seperti pacar untuk hasrat, namun tak cukup dekat untuk mempelajari background keluarga.

Dan itu, sejujurnya, menggelitik titik pikiran dan batin Hadrian.

Dan juga, menampar kenyataan Hadrian jika hubungan mereka ternyata belum sedekat itu untuk bertukar cerita melankolis tentang keluarga.

vall
vall

Written by vall

hello, vall's here. all chapters in here is based on my AU on X. So, if you want to read more, u can come to @vaxxsh on X. xoxo

No responses yet